This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.


Rabu, 04 April 2012

MEMBANGUN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA


 SUMBER TULISAN
Untuk kesekian kalinya, suasana kerukunan umat beragama di bumi nusantara terganggu akibat ulah sekelompok orang–menurut Buya Syafi’i Ma’arif- yang tidak lagi menggunakan hati nurani dan akal pikirannya. Baru saja peristiwa amuk massa di Cikeusik, Pandeglang Banten terjadi yang menewaskan tiga orang jamaah Ahmadiyah, giliran Tumenggung, Jawa Tengah bergolak. Ratusan orang mengamuk, merusak dan memporak-porandakan tempat ibadah. Beberapa kendaraan roda empat dan roda dua dibakar.

Keragaman agama ternyata menimbulkan dilema tersendiri.  Di satu sisi, memberikan kontribusi positif untuk pembangunan bangsa. Namun di sisi lain keragaman agama dapat juga berpotensi  menjadi sumber konflik di kemudian hari. Konflik bisa saja terjadi. Penyebab konflik terkadang disebabkan adanya truth claim (klaim kebenaran). Namun yang paling banyak terjadi, konflik lebih dipicu oleh unsur-unsur yang tak berkaitan dengan ajaran agama sama sekali. Konflik sesungguhnya dipicu oleh persoalan ekonomi, sosial dan politik, yang selanjutnya di blow up menjadi konflik (ajaran) agama.

Menurut Prof. Ridwan Lubis--tokoh kerukunan umat beragama di Sumatera Utara--kerukunan hidup umat beragama adalah terbinanya keseimbangan antara hak dan kewajiban dari setiap umat beragama. Keseimbangan antara hak dan kewajiban itu adalah usaha yang sungguh-sungguh dari setiap penganut agama untuk mengamalkan seluruh ajaran agamanya. Pada saat yang sama, pengamalan ajaran agamanya tidak pula bersinggungan dengan kepentingan orang lain yang juga memiliki hak dan kewajiban untuk mengamalkan ajaran agamanya.

Kita percaya bahwa tidak ada satu agamapun di muka bumi ini yang mengajarkan umatnya untuk melakukan kekerasan dan permusuhan. Ajaran normatif kitab suci selalu mendendangkan kedamaian dan ketenteraman antar sesama umat beragama. Kendati demikian, tidak tertutup kemungkinan, penafsiran atau pemahaman pemeluk agama dapat menjadi pemicu terjadinya disharmonisasi antar pemeluk umat beragama. Seperti yang telah disebut di muka, truth claim dan doktrin keselamatan agama, kerap menjadi faktor munculnya disharmonisasi.

Dalam upaya membangun, menjaga dan mempertahankan kerukunan umat beragama, peran pemuka agama menjadi sangat penting.  Pertemuan tokoh-tokoh lintas agama untuk berdiskusi, bermusyawarah, bahkan dalam tingkat tertentu berdebat adalah wahana yang cukup positif untuk membangun kebersamaan dan saling memahami . Di satu sisi, tingginya intensitas pertemuan tokoh-tokoh lintas agama memberikan pengaruh positif . Namun di sisi lain, dialog yang dikembangkan ternyata hanya menyentuh kalangan elit agama. Di dalamnya tidak saja terbangun simpati tetapi juga empati. Sayangnya, apa yang terjadi pada level atas ternyata tidak menetes ke bawah. Pendek kata, dikalangan akar rumput tidak terbangun saling memahami ajaran masing-masing agama. Tetap saja masing-masing pemeluk bertahan pada keyakinannya sendiri dan menganggap ajaran orang lain salah.

Untuk itulah diperlukan langkah-langkah yang lebih kreatif, segar dan baru, dalam rangka membangun kerukunan umat beragama. Bagi penulis, aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk membangun kerukunan umat beragama adalah dengan memperkuat kerjasama dalam bidang mu’amalah (habl min al-nas). Disebabkan wilayah teologi adalah hal yang tak mungkin didialogkan, setiap pemeluk agama absah untuk meyakini jalan (syari’ah) yang dipilihnya adalah yang paling benar. Pemeluk agama harus yakin, kebenaran ajaran agamanya atau jalan Tuhannya tidak disebabkan karena jalan orang lain salah.

Wilayah yang paling mungkin dicari titik temunya adalah mu’amalah. Menjadi tugas pemeluk agama untuk mempertemukan ummatnya dalam ranah mu’amalat. Bisa dalam bentuk olahraga, tampilan budaya, seni dan kegiatan yang memiliki nilai humanisnya. Menjadi lebih baik apa bila pertemuan itu tidak menghadapkan kelompok agama tertentu dengan penganut lainnya. Akan tetapi sedapat mungkin, dibaurkan sehingga semuanya menjadi lebur.

Satu hal yang bagi saya tidak bisa ditawar-tawar lagi adalah kerukunan itu adalah harga mati bagi negara RI. Untuk itu, kerukunan harus terus dipertahankan kendatipun kejadian belakangan ini, kerusuhan dan amuk massa atas nama agama membuat banyak pihak pesimis. Bahkan ada yang mengatakan, kita berpotensi menjadi negara gagal karena tidak berhasil mengawal pluralitas. Sekali lagi, amuk massa yang terjadi di Indonesia beberapa saat yang lalu tak boleh menyurutkan langkah kita.


Satu hal yang perlu diwaspadai, persoalan kerukunan umat beragama tidak selalu kasat mata. Tidak selamanya tampak jelas dipermukaan. Terkadang masalah kerukunan ini ibarat api dalam sekam. Kerukunan menyimpan sisi-sisi yang bersifat laten dan potensial. Ia bisa mencuat kepermukaan dan meledak, membakar apa yang ada disekitarnya sehingga sulit untuk dipadamkan. Dengan demikian, dibutuhkan kea`rifan untuk mengelola kerukuan umat beragama ini.

Dalam kontek inilah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: Pertama, kelangsungan kehidupan bangsa ini tidak hanya terpikulkan kepada penganut satu agama tertentu saja, akan tetapi tanggung jawab seluruh komponen bangsa Indonesia tanpa kecuali. Dan karena itu kesadaran terhadap prinsip egaliter di kalangan masyarakat perlu lebih dikembangkan. Kedua, masyarakat kita hendaknya dapat hidup rukun sekalipun mereka menganut agama dengan ajaran teologi yang berbeda karena dengan rukunnya masyarakat memberi peluang yang lebih besar bagi mereka untuk mengamalkan ajaran agamanya secara paripurna. Tetapi sebaliknya manakala mereka hidup dalam suasana penuh kecurigaan maka semakin kecil peluang mereka melaksanakan perintah agamanya secara baik. Ketiga, masyarakat hendaknya dapat disadarkan bahwa perbedaan itu tidak sama dengan permusuhan. Keempat, umat beragama hendaknya menyadari bahwa kebenaran praktis yang dimiliki setiap agama selalu memiliki misi universal dan tentunya berdimensi kemanusiaan (inklusif). Oleh karena itu, eksistensi sebuah agama pada dasarnya ditentukan bukan oleh kekuatan politik-birokrasi akan tetapi didasarkan pada sejauhmana kontribusinya kepada nilai-nilai universal kemanusiaan. Semakin besar sumbangan kemanusiaan yang diberikan suatu agama, maka dengan sendirinya semakin besar peluang memberi corak bagi perkembangan kemanusiaan di masa depan.

Berangkat dari paradigam di atas, jelaslah bahwa kerukunan umat beragama pada dasarnya bukanlah kebutuhan pemerintah atau segelintir pemuka agama saja. Kerukunan umat beragama menjadi kebutuhan seluruh masyarakat agar ia dapar memperoleh kehidupan yang lebih bermakna. Upaya membangun dan mempertahankan kerukunan umat beragama merupakan tugas kita semua sebagai anak bangsa. Lebih dari itu, ikhtiar mulia ini sejatinya tidak boleh berhenti walau besok dunia akan kiamat. Wallahu a’lam.

MEMBANGUN KARAKTER SEJAK USIA DINI

Kawan, jika saya ditanya kapan sih waktu yang tepat untuk menentukan kesuksesan dan keberhasilan seseorang? Maka, jawabnya adalah saat masih usia dini. Benarkah? Baiklah akan saya bagikan sebuah fakta yang telah banyak diteliti oleh para peneliti dunia.
Pada usia dini 0-6 tahun, otak berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah masa-masa yang dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan mulai terbentuk. Karena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai masa-masa emas anak (golden age).
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli Perkembangan dan Perilaku Anak dari Amerika bernama Brazelton menyebutkan bahwa pengalaman anak pada bulan dan tahun pertama kehidupannya sangat menentukan apakah anak ini akan mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya dan apakah ia akan menunjukkan semangat tinggi untuk belajar dan berhasil dalam pekerjaannya.
Nah, oleh karena itu, kita sebagai orang tua hendaknya memanfaatkan masa emas anak untuk memberikan pendidikan karakter yang baik bagi anak. Sehingga anak bisa meraih keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupannya di masa mendatang. Kita sebagai orang tua kadang tidak sadar, sikap kita pada anak justru akan menjatuhkan si anak. Misalnya, dengan memukul, memberikan pressure yang pada akhirnya menjadikan anak bersikap negatif, rendah diri atau minder, penakut dan tidak berani mengambil resiko, yang pada akhirnya karakter-karakter tersebut akan dibawanya sampai ia dewasa. Ketika dewasa karakter semacam itu akan menjadi penghambat baginya dalam meraih dan mewujudkan keinginannya. Misalnya, tidak bisa menjadi seorang public speaker gara-gara ia minder atau malu. Tidak berani mengambil peluang tertentu karena ia tidak mau mengambil resiko dan takut gagal. Padahal, jika dia bersikap positif maka resiko bisa diubah sebagai tantangan untuk meraih keberhasilan. Anda setuju kan?

Banyak yang mengatakan keberhasilan kita ditentukan oleh seberapa jenius otak kita. Semakin kita jenius maka semakin sukses. Semakin kita meraih predikat juara kelas berturut-turut, maka semakin sukseslah kita. Benarkah demikian? Eit tunggu dulu!
Saya sendiri kurang setuju dengan anggapan tersebut. Fakta membuktikan, banyak orang sukses justru tidak mendapatkan prestasi gemilang di sekolahnya, mereka tidak mendapatkan juara kelas atau menduduki posisi teratas di sekolahnya. Mengapa demikian? Karena sebenarnya kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan otak kita saja. Namun kesuksesan ternyata lebih dominan ditentukan oleh kecakapan membangung hubungan emosional  kita dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Selain itu, yang tidak boleh ditinggalkan adalah hubungan spiritual kita dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Tahukah anda bahwa kecakapan membangun hubungan dengan tiga pilar (diri sendiri, sosial, dan Tuhan) tersebut merupakan karakter-karakter yang dimiliki orang-orang sukses. Dan, saya beritahukan pada anda bahwa karakter tidak sepenuhnya bawaan sejak lahir. Karakter semacam itu bisa dibentuk. Wow, Benarkah? Saya katakan Benar! Dan pada saat anak berusia dini-lah terbentuk karakter-karakter itu. Seperti yang kita bahas tadi, bahwa usia dini adalah masa perkembangan karakter fisik, mental dan spiritual anak mulai terbentuk. Pada usia dini inilah, karakter anak akan terbentuk dari hasil belajar dan menyerap dari perilaku kita sebagai orang tua dan dari lingkungan sekitarnya. Pada usia ini perkembang mental berlangsung sangat cepat. Pada usia itu pula anak menjadi sangat sensitif dan peka mempelajari dan berlatih sesuatu yang dilihatnya, dirasakannya dan didengarkannya dari lingkungannya. Oleh karena itu, lingkungan yang positif akan membentuk karakter yang positif dan sukses.

TANTANGAN PROFESIONALISME GURU

Semua guru pasti merasa senang saat diberi apresiasi sebagai GURU PROFESIONAL. Berbagai usaha dilakukan agar pekerjaan ini diakui sebagai sebuah profesi yang profesional. Usaha tersebut seperti melanjutkan pendidikan S1-S2, mengikuti sertifikasi, sering mengikuti pelatihan lokal/nasional/internasional, menulis buku/jurnal, memberi pelatihan dan lain sebagainya. Tapi apakah profesionalisme hanya diukur melalui itu semua? Harus diakui bahwa semua hal yang telah disebutkan di atas masih belum terlihat bukti di lapangan. Kadang sebagai pendidik saya sering tergelitik melihat status profesionalisme identik dengan naiknya gaji/tunjangan fungsional atau posisi struktural seorang guru di tempat mengajar/administrasi pemerintah. Tidak mengherankan progres kualitas pendidikan Indonesia sangat lambat. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan profesionalisme? Profesi berasal dari bahasa Inggris Profession yang berarti pernyataan atau panggilan bahwa seseorang akan mengabdikan diri terhadap suatu pekerjaan secara sungguh-sungguh sebagai karir sepanjang hayat. Oleh karenanya untuk mencapai profesional maka pekerjaan tersebut memiliki kompetensi dan kualifikasi berupa:
  • kompetensi yang mengacu pada kadar kemampuan seorang guru dalam melakukan pekerjaan yang menjadi tugas utamanya yaitu mengajar (UU no. 20/2003: kompetensi akademik, pedagogik, sosial dan kepribadian)
  • kualifikasi mengacu pada jenjang pendidikan, jabatan fungsional, dan pangkat golongan yang dimiliki guru berkaitan dengan tuntutan pelaksanaan tugas/karir,
Dalam menjalankan profesi guru maka sudah semestinya semua guru memiliki spirit profesional berupa:
  • otonomi dalam menentukan  tindakan terbaik yang didasari oleh teori dan konsep yang secara terus menerus divalidasi secara empirik,
  • self renewal capacity yaitu kapasitas untuk selalu menyempurnakan/memperbaiki pekerjaannya melalui belajar/refleksi agar dapat memberikan pelayanan terbaik kepada peserta didik.
Mengacu kepada spirit profesional berupa memberikan pelayanan terhadap peserta didik, ternyata banyak terjadi penyimpangan yang kita temukan di dalam kelas berupa:
1. Kekerasan kognitif:
  • Memberikan materi tanpa melihat kapasitas anak. Guru menganggap bahwa kemampuan kognitif semua siswa sama sehingga materi, penilaian dan metode pengajaran diberikan dengan sama rata. Pendidik tidak memerhatikan keunikan, gaya belajar dan kemampuan daya serap materi dari setiap siswa. Akibatnya siswa banyak yang frustasi dan tidak bisa mencapai KKM yang ditetapkan. Belum lagi stigma buruk akan segera menempel pada mereka saat guru merasa kesulitan mendidik dan mengajarkan materi kepada siswa yang bersangkutan.
  • Mengancam anak didik dengan memberikan nilai buruk/mengurangi nilai apabila berperilaku tidak sesuai dengan harapan guru. Sebenarnya penilaian akademik tidak dapat dicampuri dengan perilaku karena memiliki kriteria dan kompetensi berbeda.
2. Kekerasan afeksi
  • Siswa mengadopsi perilaku yang salah dari guru. Namun hukuman berlaku untuk siswa bukan untuk gurunya. Seperti kasus siswa tidak boleh merokok di sekolah tetapi banyak para guru merokok di ruangan guru/sekolah.
3. Kekerasan psikomotorik
  • Memberikan contoh cara yang salah dalam melakukan gerakan, sehingga kesalahan konsep tersebut dilakukan oleh anak.
Sungguh miris membacanya tapi itulah kenyataan yang terjadi di dunia pendidikan Indonesia. Sumber penyimpangan profesi ini adalah akibat dari:
  • kurangnya pemahaman/pengetahuan yang tepat tentang apa yang dilakukan (WHAT, WHY DAN HOW)
  • kurangnya fasilitas dan sumber daya
  • dukungan kuat dari kepemimpinan pendidikan setermpat
  • kurangnya pengakuan terhadap seseorang yang melakukan hal benar/baik
  • kontrol dari organisasi profesi dan masyarakat yang masih kurang,
  • apresiasi pemerintah terhadap profesi ini yang belum optimal.
Dampaknya pada siswa adalah mereka tidak termotivasi untuk mengikuti proses belajar mengajar di sekolah.  Dari uraian di atas kita menjadi tertantang untuk menghilangkan hambatan keprofesionalan guru. Mari kita merubah citra guru dengan standar seadanya menjadi standar luar biasa melalui cara:
  1. Peduli untuk melakukan kajian nilai-nilai kemanusiaan, nilai falsafah bangsa dan budaya lokal,
  2. Berinovasi dalam melakukan kajian kurikulum dan materi yang diberikan kepada siswa,
  3. Aktif mengimplementasikan hasil pelatihan dan pendidikan secara konsisten terhadap diri sendiri dan profesi,
  4. Berani mengembangkan metode pembelajaran yang kreatif dan mengaplikasikannya bersama rekan seprofesi dan siswa,
  5. Gemar melakukan refleksi dan evaluasi kompetensi diri sebagai seorang pendidik.
Hal ini menjadi bagian dari tanggung jawab terhadap profesi ini.  Tanggung jawab profesi ini yaitu:
  • menjamin pelayanan prima terhadap siswa
  • melindungi siswa dari tindakan yang merugikan
  • membangun komunikasi yang sehat di antara pendidik dan  peserta didik
  • memelihara kepercayaan publik
  • akuntanbilitas mengajar (sertifikasi)
Ayo, GURU! Jadikan profesi ini sebagai profesi yang MULIA dan BERMANFAAT karena kita akan mempertanggung jawabkanya  dihadapan Yang Maha Kuasa.

Selasa, 03 April 2012

PEMERINTAH DIBERI KEWENANGAN MENAIKAN BBM

Jakarta: Bila harga minyak ada perubahan rata-rata 15 persen dalam enam bulan terakhir, maka pemerintah diberikan kewenangan untuk menaikkan atau menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM). Penjelasan tersebut tertulis dalam pasal 7 ayat 6a pada APBN-P 2012 yang telah ditetapkan DPR.

"Dalam pasal itu pula disebutkan pemerintah diberi kewenangan untuk menetapkan kebijakan pendukung sebagai respon dari penyesuaian harga BBM itu," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam penjelasannya, seusai rapat paripurna kabinet, di Istana Negara, Sabtu (31/3) malam.

Kewenangan tersebut, lanjut Presiden, sebenarnya tidak luar biasa karena juga berlaku di banyak negara dan di Indonesia sejak pemerintahan yang lalu.

Presiden menyambut baik aturan ini karena pemerintah diberi ruang dan kewenangan yang sah untuk menyesuaikan harga BBM. Dalam APBN-P 2012 itu pula sekaligus diatur ketentuan bahwa penyesuaian itu baru bisa dilakukan apabila memang tepat dan semestinya.

"Justru aturan seperti itu, saudara-saudara, sesungguhnya sama seperti pandangan saya, pandangan pemerintah, bahwa menaikkan harga BBM adalah jalan atau pilihan terakhir jika tidak ada pilihan yang lebih tepat lagi," SBY menambahkan.

Jika pada bulan-bulan mendatang harga minyak dunia tetap melonjak, pemerintah berkewajiban untuk menguji perkembangan harga itu. "Untuk kita tarik mundur enam bulan terakhir dan dikaitkan dengan pasal 7 ayat 6a, apakah sudah diperlukan untuk menaikkan harga BBM atau belum, atau bahkan tidak perlu ada kenaikan harga BBM itu," Presiden menjelaskan.

Presiden menambahkan, bahwa sebagian besar usulan pemerintah dalam RAPBN-P disetujui oleh DPR dan ditetapkan ke dalam APBN-P 2012, walaupun ada sejumlah usulan yang disesuaikan. (arc/dit)

Selasa, 27 Maret 2012

YANG DI BUTUHKAN WANITA DARI PRIA


Bukan hanya para pria yang punya harapan tentang seorang istri. Para wanita pun juga memiliki keinginan yang sama. Ini dia 8 hal yang didambakan wanita dari suaminya. Dilansir About, pada dasarnya ada empat kebutuhan dasar emosional yang diinginkan wanita. Empat kebutuhan itu adalah, keinginan untuk dimiliki, dicintai, citra diri yang baik dan mengurus rumah tangga. Dari empat kebutuhan dasar tersebut, ini 7 hal konkrit yang diinginkan wanita dari suaminya. Berikut 7 Tindakan Suami yang Didambakan Istri, yaitu :

1. Ucapan Cinta

Wanita ingin mendapatkan penegasan. Wanita ingin tahu kalau mereka dicintai. Cara terbaik untuk mengucapkan 'I love you' biasanya dengan sederhana, sehari-hari dan tindakan yang tampaknya tidak penting seperti memeluk secara tak terduga atau memegang tangan saa berjalan bersama-sama.

2. Memahami Dan Memaafkan
Ada saatnya para istri membuat kesalahan. Tidak ada manusia yang sempurna. Untuk itu jadilah suami yang mau memahami dan memaafkannya. Perlu diingat, tidak ada hubungan yang bisa langgeng tanpa ada kata maaf.

3. Komunikasi
Wanita senang mengobrol dengan pasangan mereka. Topik seputar obrolan tersebut tentu saja bukan masalah seputar rumah tangga, anak-anak dan karir suami. Jika hanya tiga topik tersebut yang setiap hari jadi bahan obrolan, siap-siaplah pernikahan Anda bermasalah.

4. Memiliki Waktu Untuk Anak & Istri
Menghabiskan waktu dengan anak dan istri terkadang dilupakan para suami, terutama ketika pernikahan sudah berjalan bertahun-tahun. Kadang, quality time bersama keluarga hanya menjadi formalitas belaka. Padahal wanita ingin suami mereka benar-benar mau meluangkan waktunya untuk dihabiskan bersama dirinya dan anak-anak.

5. Menjadi Pendengar Yang Baik
Seringkali para wanita mendapatkan suami mereka tidak terlalu mendengarkan apa yang sedang dibicarakan istri. Padahal wanita bukan hanya butuh teman bicara. Wanita juga ingin teman bicaranya itu mendengarkan dengan telinga dan hati.

6. Romantis
Seberapa sering para suami memberikan istri mereka ciuman secara tiba-tiba? Kalau jarang, ini cukup menyedihkan untuk wanita. Mereka sebenarnya ingin sesekali mendapat kejutan atau perlakuan romantis dari pasangannya. Mengucapkan, 'tolong' dan 'terimakasih' pada istri juga bisa membuat dia tersenyum.

7. Membantu Pekerjaan Rumah Tangga Dan Mengurus Anak
Salah satu yang kerap memicu pertengkaran pasangan suami-istri adalah siapa yang bertugas melakukan pekerjaan-pekerjaan di rumah. Mengurus anak dan rumah tentu saja bukan hanya tugas istri. Sebagai suami, para pria seharusnya tidak perlu lagi disuruh untuk membantu. Tidak sedikit pria yang tak peduli jika sudah berkaitan dengan masalah kesehatannya. Jika Anda menganggap, hal itu seharusnya menjadi tugas istri, tentu saja itu akan sangat tidak adil untuk wanita. Harap diingat, istri bukanlah ibu untuk suami. Jadi para suami, bertanggungjawablah pada kesehatan diri sendiri.

PENDIDIKAN

Presiden Republik Indonesia